Get Mystery Box with random crypto!

SEJARAH ISLAM

Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM S
Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM
Kanal manzili: @belajarsejarahislam
Toifalar: Din
Til: Oʻzbek tili
Obunachilar: 12.09K
Kanalning ta’rifi

Kumpulan kisah para Nabi, Sahabat, dan Orang-orang Shalih
Diambil dari berbagai sumber

Ratings & Reviews

3.00

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

0

3 stars

2

2 stars

0

1 stars

0


Oxirgi xabar 4

2023-02-27 01:13:12 Reactionnya ya sbg bentuk support admin
11 views22:13
Ochish/sharhlash
2023-02-27 01:12:54 Maka Abu Ubaidah menugaskan sepuluh kepala pasukan berangkat menuju Fihl. Setiap amir membawahi lima pemimpin regu, dan pemimpin umum seluruh pasukan adalah Umarah bin Makhsyi -seorang sahabat-, mereka berjalan dari Marjas-Shaffar ke Fihl. Sesampainya di Fihl mereka mendapati personil pasukan Romawi sebanyak 80.000 orang. Mereka mengalihkan saluran air ke sekitar mereka hingga tanah tempat mereka menjadi becek, karena itulah tempat tersebut dinamai dengan ar-Radaghah.

Abu Ubaidah juga mengutus pasukannya yang ditempatkan antara Damaskus dan Palestina. la mengutus pasukan ke Dzil Kala’ dan ditempatkan antara Damaskus dan Horns, untuk menghadang datangnya bantuan musuh yang dikirim Heraklius.

Setelah itu Abu Ubaidah berjalan dari Marj as-Safar menuju Damaskus. Khalid ditempatkannya di pertahanan dalam, sementara Abu Ubaidah dan Amru bin Ash di posisi sayap kiri dan kanan. Pasukan berkuda dipimpin oleh Iyadh bin Ghanm dan pasukan infantri dipimpin oleh Syarhabil bin Hasanah. Mereka sampai di kota Damaskus, sementara yang menjadi panglima tertinggi pasukan Romawi di sana adalah Nisthas Nusturus.

Khalid turun tepat di pintu timur dan berjalan ke pintu Kaisan, sementara Abu Ubaidah turun di pintu al-Jabiyah besar, dan Yazid bin Abu Sufyan turun di pintu al-Jabiyah kecil, adapun Amr bin al-Ash beserta Syarhabil bin Hasanah turun dan menempatkan pasukannya di seluruh sisa pintu-pintu lainnya, dan mereka telah menyiapkan alat pelontar (al-Manjaniq) dan kendaraan perang.

Abu Ubaidah memerintahkan Abu Darda’ agar menjadi penghubung pasukan di Barzah, sebagai bala bantuan bagi pasukannya kelak, dan menjadi bala bantuan bagi pasukannya yang terjadi antara dan Horns.

Akhirnya mereka mengepung Damaskus dari segala penjuru selama 70 malam, ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan, bahkan ada yang berpendapat 6 bulan, sementara penduduk Damaskus mempertahankan benteng mereka mati-matian, sambil mengirim surat kepada Raja mereka Heraklius -yang tinggal di Horns- meminta agar bala bantuan segera dikirimkan kepada mereka, tetapi mustahil bala bantuan datang dari arah Dzil Kala’ yang telah ditutup oleh pasukan Abu Ubaidah yang ditempatkan antara Damaskus dan Horns -berjarak lebih kurang satu malam- tatkala penduduk Damaskus yakin bala bantuan mustahil datang mereka menjadi putus asa dan lemah, sementara pengepungan kaum muslimin semakin kuat.

Kemudian datang pula musim dingin yang bersangatan dan kondisi semakin buruk, pertempuran pun semakin sulit, namun Allah ﷻ -Yang Mahabesar dan Mahatinggi, Pemilik kemuliaan- menakdirkan salah seorang anak pendeta lahir pada malam itu, dan ia menyiapkan jamuan berupa makanan dan minuman untuk orang-orang, maka seluruhnya berpesta pora makan dan minum hingga akhirnya mereka lalai menjaga pintu-pintu gerbang pertahanan mereka.

Khalid sangat paham dengan kondisi mereka, sebab ia tidak tidur dan tidak membiarkan seorangpun dari pasukannya untuk tidur, ia terus-menerus mengintai mereka siang dan malam, sambil mengirimkan mata-mata yang membawa berita musuh kepadanya sejak pagi hingga sore hari.

Ketika Khalid melihat lampu-lampu dipadamkan pada malam itu, dan mustahil berperang dengan melompati benteng-benteng mereka yang tinggi, maka ia menyiapkan tangga-tangga dari tali, maka para pahlawan dan jagoan perang seperti dirinya, al-Qa’qa’ bin Amr dan Madz’ur bin Adi segera maju membawa pasukan mereka di dekat pintu dan berpesan kepada pasukannya, “Jika kalian mendengar takbir dari atas pagar maka naiklah ikuti kami.” Mereka mulai menyebar tangga-tangga dan mengikat ujungnya dengan tali-tali yang panjang. Setelah itu Khalid maju beserta para sahabatnya berenang menyeberangi parit pertahanan mereka dengan membawa peralatan dalam kantong-kantong yang terbuat dari kulit yang digantungkan pada leher mereka. Akhirnya mereka berhasil memasang tangga-tangga dan mengikat ujungnya dengan tali-tali yang panjang, sementara bawahnya mereka biarkan di luar parit. Mereka mulai naik dari tangga-tangga tersebut.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah

@BelajarSejarahIslam
16 views22:12
Ochish/sharhlash
2023-02-26 01:28:13 Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah

Jangan lupa reactionnya, bentuk support admin
207 views22:28
Ochish/sharhlash
2023-02-26 01:27:35 Penaklukan yang terjadi di negeri Syam pada masa Umar bin Khatthab

Merupakan periode kedua dari penaklukan di kawasan ini setelah sebelumnya dimulai oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dan inilah perinciannya.

Khalid diberhentikan dari tugasnya
Umar bin Khatthab sempat menuliskan surat mengenai berita wafatnya Abu Bakar ash-Shiddiq kepada para amir di Syam yang dibawa oleh Syaddad bin Aus bin Tsabit al-Ansari, dan Mahmiyyah bin Zunaim, keduanya tiba dalam keadaan pasukan Islam sedang berhadapan dengan pasukan Romawi pada perang Yarmuk sebagaimana yang telah lalu. Ketika naik sebagai Khalifah Umar langsung mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai panglima tertinggi pasukan menggantikan posisi Khalid yang diberhentikannya.

Salamah bin Fadhl menyebutkan dari Muhammad bin Ishaq bahwa Umar bin Khatthab memberhentikan Khalid bin Walid disebabkan perkataan yang telah sampai ke telinganya mengenai Khalid, di antaranya yakni mengenai terbunuhnya Malik bin Nuwairah, dan hal-hal lainnya yang berkenaan dengan kebijakannya dalam  peperangan.

Tatkala Umar menjabat khalifah, kebijakan yang pertama kali ditempuhnya adalah memberhentikan Khalid dari jabatan panglima tertinggi pasukan, Umar berkata, “Dia tidak akan bekerja untukku selamanya.”


Wasiat Umar kepada Abu Ubaidah

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Shalih bin Kaisan dia berkata, “Surat pertama yang ditulis Umar bin Khatthab kepada Abu Ubaidah ketika Umar mengangkatnya dan memberhentikan Khalid adalah perkataannya, “Aku wasiatkan padamu agar selalu bertaqwa kepada Allah Yang Maha kekal -sementara seluruh makhluk-Nya akan binasa- Yang telah mengeluarkan kita dari kesesatan dan mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya.

Aku telah mengangkatmu menjadi Panglima tertinggi untuk seluruh prajurit yang di bawahi oleh Khalid bin Walid. Kerjakan tugasmu dan perintahkanlah mereka dengan apa-apa yang baik menurutmu. Jangan sekali-kali engkau bawa pasukan kaum muslimin pada kehancuran hanya disebabkan tergiur oleh harta rampasan perang. Dan janganlah engkau perintahkan mereka untuk berhenti di suatu tempat sebelum engkau dapat menjamin bahwa tempat tersebut aman bagi mereka dan engkau pahami betul situasi sekitarnya. Janganlah engkau kirim sarhjah (pasukan-pasukan kecilmu) kecuali membawa prajurit yang berjumlah lebih banyak, berhati-hatilah jangan sampai engkau giring kaum muslimin menuju kehancuran. Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengujimu dengan aku dan mengujiku dengan dirimu, tundukkan pandanganmu dari dunia, jauhkan hatimu dari mengingatnya, jangan sampai dunia membinasakanmu sebagaimana dunia telah membinasakan orang sebelummu, sedang engkau telah menyaksikan kehancuran mereka.”

Setelah itu, Umar memerintahkan mereka agar berjalan menuju Damaskus. Dan hal ini terjadi setelah sampai kepadanya berita kemenangan kaum muslimin dalam peperangan Yarmuk beserta seperlima dari harta rampasan perang.


Penaklukan Damaskus

Saif bin Umar berkata, “Ketika Abu Ubaidah berangkat dari Yarmuk ia membawa tentaranya ke arah Marj as-Shaffar dan ia berkeinginan keras mengepung kota Damaskus. Tiba-tiba sampai kepadanya berita bala bantuan musuh dari Horns, dan sampai juga kepadanya berita tentang berkumpulnya tentara Romawi di Fihl daerah palestina. Sementara Abu Ubaidah bingung yang mana harus dihadapinya terlebih dahulu. Maka segera ia mengirim surat kepada Umar bin Khatthab menanyakan perkara ini.

Lalu datanglah jawabannya, “Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah ini merupakan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di depan pasukan mereka, jika pasukan berkuda berhasil menaklukkan mereka sebelum Damaskus ditaklukkan maka itulah yang kita harapkan, tetapi jika Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl) setelah menunjuk penggantimu untuk wilayah Damaskus. Jika Fihl berhasil kalian taklukkan maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Horns dan serahkan Amru bersama Syarhabil untuk mengurusi Yordania dan Palestina.
218 views22:27
Ochish/sharhlash
2023-02-26 01:27:35
207 views22:27
Ochish/sharhlash
2023-02-23 01:11:48 Reactionnya ya... Sbg bentuk support admin
166 views22:11
Ochish/sharhlash
2023-02-23 01:01:48 Namun, saat diserang dari tiga sisi, Khalid dari belakang, Amru bin Ash dari kiri dan Syurahbil dari arah depan, serta tanpa bantuan kavaleri, kekuatan Armenia pun akhirnya patah dan melarikan diri juga ke arah Barat Daya.

Arah barat daya merupakan satu-satunya arah yang tidak dijaga oleh Muslimin, sehingga pasukan Armenia  bergerak tanpa gangguan dan sama sekali tidak diburu oleh kavaleri Khalid. Mereka sama sekali tidak mengetahui sesuatu yang menanti mereka di bagian barat medan Yarmuk. Mundurnya pasukan Armenia semakin memudahkan pasukan Muslimin untuk menghancurkan formasi pasukan Bizantium yang tersisa. Mau tidak mau, pasukan sayap kanan dan pasukan tengah bagian kanan Bizantium pun ikut mundur ke arah barat.

Posisi matahari belum melewati tengah hari ketika pasukan Bizantium lari dengan rasa panik, sebagian yang lain mundur teratur dengan rapi.

Khalid bin Walid langsung menggerakkan kavaleri ke arah utara untuk mengepung dan mengisolasi pasukan infantri Bizantium yang lari ke arah barat dimana sungai dengan jurang terjal menanti. Mereka menuju Wadi ar-Raqad, satu-satunya daerah yang bisa dilewati walaupun berbentuk jurang.

Pimpinan pelarian pasukan Bizantium berupaya menyeberangi tepi sungai kering yang terjal. Barisan terdepan berhasil melewati sungai dengan susah payah dan sedang berjuang mendaki tepi sungai sebelah barat.

Saat mereka hampir mencapai puncak dengan rasa gembira, mereka melihat barisan Muslimin telah menanti di puncak dengan seorang pimpinan tanpa baju, sang jawara Dhirar, berdiri tegak dengan pedang terhunus.

Malam sebelum pertempuran di hari keenam, Khalid diam-diam menggerakkan 500 kavaleri pimpinan Dhirar menuju Wadi ar-Raqad untuk memblokir pasukan Bizantium yang kemungkinan lari ke arah tersebut. Sebuah rencana dan visi yang tajam dari seorang pemimpin. Terbukti, penempatan Dhirar membuahkan hasil, dimana pasukan Bizantium kehilangan jalan satu-satunya untuk melarikan diri.

Pasukan Romawi ditekan pasukan infantri Muslimin dari arah timur, dan kavaleri Khalid dari arah utara, sebagian pasukan Bizantium masuk ke dalam jurang, sebagian bertempur dan menjadi korban. Pada fase terakhir pertempuran menjelang senja, seluruh pasukan Bizantium bertempur hingga titik darah penghabisan. Pertempuran kembali berkecamuk keras tanpa ada manuver apapun selain pertempuran frontal. Ruang gerak Bizantium semakin sempit karena tekanan Muslimin. Akhirnya, satu per satu pasukan Bizantium tumbang meregang nyawa.

Mimpi buruk mulai menghantui pasukan Bizantium, sehingga mereka kembali terdesak menuju jurang. Aroma kematian berikutnya merebak di sekitar jurang dimana pasukan Bizantium satu per satu masuk ke jurang karena desakan pasukan Muslimin.

Akhirnya, ratusan ribu pasukan Superpower Bizantium menyerah pada puluhan ribu pasukan Muslimin yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Berakhirlah perang terbesar dan terhebat yang dipimpin sang Pedang Allah, Khalid bin Walid.

Pertempuran usai persis yang diperkirakan oleh sang kaisar, Heraklius, “Ia (Muhammad) akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini.”

Sehari setelah perang Yarmuk, Khalid menggerakkan mobile guard-nya mengejar sisa-sisa pasukan Bizantium. Mereka ditemukan di dekat Damaskus, Khalid pun menyerang pasukan Romawi yang melarikan diri, termasuk Mahan, Raja Armenia, Jendral tertinggi Bizantium, tewas dalam penyergapan Khalid. Sisa pasukannya terus melarikan diri ke arah utara dan pantai Mediterania di barat. Setelah melanjutkan perjanjian dengan Damaskus, Khalid lantas kembali ke Yarmuk.

Suriah jatuh ke tangan Muslimin, Heraklius dengan rasa sedih meninggalkan Antiokia menuju Konstantinopel, sebuah kota besar dunia yang satu milennium berikutnya pun berhasil ditaklukkan Muslimin.

Referensi: The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns, I. A. Akram, 1969, Pakistan

@BelajarSejarahIslam
173 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-02-22 01:12:31 Reactionnya ya... Sbg bentuk support admin
295 views22:12
Ochish/sharhlash
2023-02-22 01:01:08 Hari keenam

Sinat matahari merekah di ufuk timur saat kedua pasukan telah berhadap-hadapan untuk saling menghancurkan. Bendera tauhid Muslimin berhadapan dengan kibaran bendera kafir Bizantium. Ketika Khalid hampir menggaungkan sinyal penyerangan,

Tiba-tiba keluar dari pasukan Bizantium seorang komandan pasukan sayap kanannya, Gregorius untuk menantang duel.

Abu Ubaidah berazam untuk menghadapi sendiri sang penantang. Walaupun ia diperingatkan Khalid bahwa Gregorius seorang jagoan perang, Abu Ubaidah sama sekali tidak menyurutkan langkahnya untuk ikut andil dalam berburu syahid. Ia pun maju kemudian mulai saling beradu pedang di atas kuda dengan lawannya. Beberapa menit  keduanya saling mengayunkan pedang untuk menebas musuh.

Gregorius mencoba melakukan gerakan tipuan saat mengayunkan pedangnya ke arah Abu Ubaidah, namun ia tidak mengetahui siapa lawannya.

Secepat kilat Abu Ubaidah melakukan serangan ke arah leher Gregorius sehingga ia pun terjerembab mati terkapar.

Saat Abu Ubaidah kembali ke barisan Muslimin, Khalid bin Walid mewujudkan rencananya pada hari penentuan dari Perang Yarmuk dengan memerintahkan serangan umum. Seluruh pasukan Muslimin tumpah ruah  menuju barisan Bizantium yang mengambil taktik defensif. Sementara pasukan Muslimin bagian tengah dan sayap kiri menggempur Bizantium seperti biasanya, Khalid keluar bersama kavalerinya dari sayap kanan pimpinan Amru, secepat kilat menghantam sisi kiri Bizantium. Kavaleri Khalid memecah menjadi dua, 1 grup memukul infantri dan 1 grup menyerang kavaleri Bizantium yang berada di belakang infantri Bizantium. Pada saat yang sama Amru bin Ash mengerahkan seluruh kekuatan penuhnya menggempur  frontal pasukan kiri Bizantium.

Pasuakan infantri sayap kiri Bizantium di bawah komando Qanateer, terdesak akibat diserang  dari dua sisi, infantri Amru bin Ash dari depan dan kavaleri dari sisi kiri. Tanpa batuan kavaleri Bizantium yang sibuk dengan serangan kuda Khalid, memaksa infantri Qanateer mundur ke belakang barisan tengah sebelah kiri Bizantium.

Kosongnya sayap kiri Bizantium, memudahkan Amru bin Ash memobilisasi pasukannya menghantam pasukan tengah sebelah kiri Bizantium.

Pasukan yang terdiri dari orang Armenia menjadi tertekan akibat gerusan Amru bin Ash dari sisi kiri, dan Syurahbil dari arah depan. Sementara pasukan kavaleri Bizantium sayap kiri telah lari keluar dari medan pertempuran ke arah utara akibat gempuran Khalid sang Pedang Allah. Selepas mengusir kavaleri di belakang Qanater, Khalid mengarahkan pasukan berkudanya ke kavaleri Bizantium berikutnya. Mahan segera mengatur seluruh kavalerinya dalam satu grup besar untuk mengusir kavaleri Khalid.

Mahan belum selesai mengkonsolidasikan pasukan kavalerinya, Khalid sudah datang menggempur dari arah depan dan sisinya. Pasukan Khalid lalu mengobrak-abrik barisan kavaleri Mahan. Sehingga pasukan kavaleri Mahan mengalami kekacauan barisan dan formasi. Hari masih pagi, pergumulan antar kedua pasukan makin intensif. Kali ini, pasukan Bizantium sangat tertekan akibat serangan gencar Muslimin. Ada satu yang yang kurang pada hari itu, para mujahidin tidak melihat keberadaan Dhirar, sang petarung tanpa tameng dan baju. Hanya Khalid yang mengetahui dimana posisinya.

Pasukan kuda Bizantium yang jumlahnya lebih besar ini akhirnya tercerai berai kemudian lari dari medan pertempuran ke arah utara, termasuk Mahan dan pasukan Jabalah. Maka tinggalah pasukan infantri tanpa bantuan dari pasukan kavaleri. Sebuah kondisi yang sangat gawat mendera pasukan Superpower Bizantium. Saat itu pasukan Armenia yang berada paling kiri, mampu menahan gempuran dua arah dari Syurahbil dan Amru. Ketahanannya teruji kuat.

Saat kaveleri Bizantium meninggalkan medan tempur, Khalid memutar kavalerinya untuk menyerang pasukan inti infantri Bizantium (Armenia Mahan) dari arah belakang. Armenia dikenal sebagai petarung keras dan sempat merepotkan Muslimin di hari kedua. Gempuran dua arah Muslimin belum mampu menghancurkannya,

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah

@BelajarSejarahIslam
304 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-02-21 01:39:10 Reactionnya ya... Sbg bentuk support admin
187 views22:39
Ochish/sharhlash