Get Mystery Box with random crypto!

SEJARAH ISLAM

Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM S
Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM
Kanal manzili: @belajarsejarahislam
Toifalar: Din
Til: Oʻzbek tili
Obunachilar: 12.09K
Kanalning ta’rifi

Kumpulan kisah para Nabi, Sahabat, dan Orang-orang Shalih
Diambil dari berbagai sumber

Ratings & Reviews

3.00

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

0

3 stars

2

2 stars

0

1 stars

0


Oxirgi xabar 6

2023-02-15 07:51:50 6 HARI PERANG YARMUK

 Abu Fatah Grania
Hidayatullah.com

Peperangan Yarmuk terjadi pada tahun 13 H sebelum penaklukan Damaskus. Perang Yarmuk (Battle of Hieromyax) diakui oleh sejarawan Barat sebagai perang yang paling gemilang dalam sejarah.

Hari Pertama

Para mujahidin melaksanakan shalat subuh berjamaah dengan khusyu. Setelah berdoa, mereka kembali ke barisan dan posisinya masing-masing dengan semangat jihad yang berkobar dan wajah yang sangat mengharapkan pertolongan Allah, Penguasa Langit dan Bumi. Medan arena Yarmuk hening selama lebih satu jam, dimana belum ada pihak yang mengambil inisiatif untuk menyerang duluan.

Tiba-tiba keluar seorang komandan Bizantium yang bernama Georgius menuju barisan Muslimin dan minta bertemu dengan Khalid. Ia berdialog dan bersyahadat di hadapan Khalid sebagaimana akan dikisahkan bab berikutnya.

Episode duel menjadi genderang pembuka Perang Yarmuk sebagaimana pertempuran sebelumnya. Beberapa jagoan Bizantium maju menghadapi jawara Muslimin. Beruntung, dengan pertolongan Allah jawara Muslimin berhasil menumbangkan begitu banyak jagoan-jagoan Bizantium.

Abdurrahman bin Abu Bakar menjadi jawara terbaik dengan kehebatannya membunuh lima jago perangnya Bizantium. Mahan mulai khawatir moral pasukannya menurun karena melihat kehebatan dan terampilnya personil Muslimin dalam bertempur. Ia lalu mengumumkan serangan umum saat matahari berada di puncak langit.

Mahan melakukan serangan terbatas sekedar untuk dan mengetahui kekuatan dan strategi pasukan Muslimin, dan jika memungkinkan, ia akan melakukan tekanan kuat pada  bagian terlemah Muslimin. Majulah barisan infantri Bizantium yang berjalan perlahan-lahan menuju barisan Muslimin.

Saat mereka berada dalam jarak jangkauan panah, Khalid  memerintahkan untuk menghujani mereka dengan panah. Saat jarak kedua pasukan semakin kecil, Muslimin mulai menghunuskan pedangnya.

Bentrokan pun tak terhindarkan. Sayangnya banyak pasukan Bizantium tidak memiliki kemampuan tinggi dalam melakukan serangan sebagaimana gempuran Muslimin yang berpengalaman dalam kancah jihad sebelumnya.

Ada barisan yang bertempur sangat keras dan ada barisan front yang tidak terlalu intensif bergesekan antar pasukan. Saat matahari terbenam, pertempuran usai dan masing-masing kembali ke perkemahannya. Pasukan Bizantium menderita lebih banyak daripada Muslimin.

Para Muslimah dan mujahidah mulai menjalankan tugasnya untuk mengobati luka-luka Muslimin sambil memberi semangat jihad.

Mereka bersyukur berhasil memukul mundur musuh. Dan seperti malam sebelumnya, mereka kembali menghabiskan waktu malamnya untuk berdzikir dan merenungkan al-Qur’an sebelum tidur. Memasuki waktu tengah malam, beberapa pasukan Bizantium pergi ke medan perang untuk mengambil jasad-jasad pasukannya yang tewas. Malam itu berjalan dengan tenang tanpa pertikaian apapun.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah...

@BelajarSejarahIslam
580 views04:51
Ochish/sharhlash
2023-02-15 07:51:50
524 views04:51
Ochish/sharhlash
2023-02-15 07:51:50
526 views04:51
Ochish/sharhlash
2023-02-13 01:06:11 Raction tiap postingan ya, bentuk support admin
147 views22:06
Ochish/sharhlash
2023-02-13 01:01:14 Di Balik Kesuksesan Umar bin Khatthab

Setelah kita lihat betapa cepat dan pesat perluasan wilayah kekuasaan Islam pada masa khalifah Umar bin Khatthab tersebut, setidaknya dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi pemicuya:

Tujuan utama Umar bin Khatthab dalam melakukan penaklukan adalah untuk menyebarkan dakwah tauhid, dan membantu kaum yang tertindas, sehingga tidak jarang penduduk tempat yang ditaklukkan malah membantu pasukan Islam.

Kepiawaian Umar bin Khatthab dalam mengatur strategi penaklukan dan mengatur daerah yang telah ditaklukkan, yaitu jika menaklukkan suatu daerah, maka ia akan melucuti persenjataan daerah tersebut, Umar bin Khatthab juga berhasil menemukan satu sistem militer yang tidak pernah dilakukan siapapun pada saat itu. Ibnu Jarir menyatakan bahwa Umar mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqas sesaat sebelum terjadinya pertempuran Qadisiyah yang isinya berbunyi, “Jika engkau sudah menerima suratku ini maka pecahlah pasukanmu menjadi satuan-saatuan yang lebih kecil. Jelaskan kepada mereka tentang tindakan itu, angkatlah pemimpin untuk tiap-tiap pasukan, berilah perintah pemimpin-pemimpin itu di depan semua pasukan, hormati mereka di depan anak buah mereka, dan serahkan panji-panji pasukan pada prajurit yang paling cepat memacu kudanya.”

Isi surat inilah yang diterapkan Khalid bin Walid ketika menjadi panglima tunggal dalam perang Yarmuk terhadap pasukan Islam setelah terlebih dahulu bermusyawarah dengan para panglima pasukan penaklukan di Syam, pada saat itu Khalid memecah pasukannya menjadi 36 batalion, dan setiap batalion terdiri dari 1.000 orang prajurit.

Kemuliaan hati, keluhuran akhlak, dan kebijaksanaan Umar bin Khatthab yang membuat musuh percaya dan kagum terhadapnya, sebab semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin Khatthab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.

Bukti kepiawaian Umar bin Khatthab dalam bidang strategi militer:

Setelah pertempuran Nahawand, semua kawasan Persia siap ditaklukkan oleh pasukan Islam, mereka akan dengan mudah menaklukan daerah-daerah yang berada di sebelah timur sungai Tigris, apalagi setelah pasukan Islam berhasil menaklukkan Irak dan semua wilayah yang berada di sebelah selatan Teluk Arab, terlebih setelah kita tahu bahwa Khuzestan (al Ahwaz) telah ditaklukkan dan pemimpinnya, Hurmuzan mau memeluk Islam.

Pasukan Islam berhasil mendayagunakan kekuatan mereka, demi melanjutkan kemenangan yang telah dicapai, khalifah Umar bin Khatthab memutuskan untuk membagi pasukan menjadi beberapa kelompok pasukan yang lebih kecil, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang panglima menuju kawasan-kawasan dalam wilayah kerajaan Persia.

Pasukan yang dipilih oleh Umar bin Khatthab adalah pasukan yang benar-benar ikhlas dalam berjihad demi mendapatkan ridha Allah ta’ala

Adib al Jifary

Referensi:
Imam as Suyuthi, pent Samson Rahman, MA, Tarikh khulafa’, cetakan 7, Februari 2010, Pustaka al Kautsar, Jln. Cipinang Muara Raya 63, Jakarta Timur 13420

Sami bin Abdullah al Maghluts, pent Fuad Syaifuddin Nur, Atlas Agama Islam, cetakan 1, Agustus 2009, al Mahira, Jln Madrasah az Ziyadah no 21 Klender, Duren Sawit,

Jakarta Timur 13470

@BelajarSejarahIslam
157 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-02-12 02:00:10 Raction tiap postingan ya, bentuk support admin
286 views23:00
Ochish/sharhlash
2023-02-12 01:01:24 Dari Syuriah, pasukan Islam melanjutkan langkahnya menuju Mesir dan meraih banyak kemenangan di wilayah Afrika Utara. Wilayah Mesir merupakan wilayah yang telah dikuasai oleh bangsa Romawi sejak tahun 30 SM. Dan menjadikan wilayah subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi. Berbagai macam pajak naik sehingga menimbulkan kekacauan di negeri yang pernah diperintah oleh firaun tersebut.

Amru bin Ash meminta izin Khalifah Umar bin Khatthab untuk menyerang wilayah itu, tetapi Khalifah Umar bin Khatthab masih ragu-ragu karena pasukan Islam masih terpencar di beberapa front pertempuran. Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga oleh Khalifah dengan mengirim 4000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi itu.

Tahun 18 H, pasukan muslimin mencapai kota Aris dan mendudukinya tanpa perlawanan Kemudian menundukkan Poelisium (Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Satu bulan kota itu dikepung oleh pasukan kaum muslimin dan dapat ditaklukkan pada tahun 19 H.

Satu demi satu kota-kota di Mesir ditaklukkan oleh pasukan muslimin. Kota Babylonia juga dapat ditundukkan pada tahun 20 H, setelah tujuh bulan terkepung. Iskandariah (ibu kota Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Ubaidah bin Samit yang dikirim oleh Khalifah dari Madinah sebagai bantuan untuk pasukan Amru bin Ash yang sudah berada di frontpeperangan Mesir. Cyrus menandatangani perjanjian damai dengan kaum muslimin. Dengan jatuhnya Iskandariah ini, maka sempurnalah penaklukan atas Mesir. Ibu kota negeri itu dipindahkan ke kota Fusthat yang dibangun oleh Amru bin Ash pada tahun 20 H. Dengan Syuriah sebagai basis, gerak maju pasukan ke Armenia, Mesopotamia bagian utara, Georgia, dan Azerbaijan menjadi terbuka.

Demikian juga dengan serangan-serangan terhadap Asia Kecil yang dilakukan selama bertahun-tahun. Seperti halnya perang Yarmuk yang menentukan nasib Syuriah, perang Qadisiah pada tahun 637 M, menentukan masa depan Persia. Khalifah Umar bin Khatthab mengirim pasukan di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqash untuk menundukkan kota itu. Kemenangan yang diraih di daerah itu membuka jalan bagi gerakan maju tentara Muslim ke dataran Eufrat dan Tigris. Setelah dikepung selama 2 bulan, Yazdagrid III, raja Persia melarikan diri. Pasukan Islam kemudian mengepung Nahawan dan menundukkan Ahwaz tahun 22 H.

Pada tahun itu pula, seluruh Persia sempurna berada dalam kekuasaan Islam, sesudah pertempuran sengit di Nahawan. Isfahan juga ditaklukan. Demikian juga dengan Jurjan (Georgia) dan Tabristan, Azerbaijan. Orang-orang Persia yang jumlahnya jauh lebih besar dari pada tentara Islam, yaitu 6 dibanding 1, menderita kerugian besar. Kaum muslimin menyebut sukses ini dengan “kemenangan dari segala kemenangan” (fathul futuh).(Nasution, 1985:58).

Dari uraian di atas, dapat dibuktikan bahwa kekuasaan Islam pada masa itu meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Mesir dan sebagian besar Persia.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah...

@BelajarSejarahIslam
308 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-02-11 01:10:46 Raction tiap postingan ya, bentuk support admin
220 views22:10
Ochish/sharhlash
2023-02-11 01:01:40 Alur Penaklukan Yang Dilakukan Khalifah Umar bin Khatthab

Ketika para pembangkang di dalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah Abu Bakar as Shiddiq dan era penaklukan militer telah dimulai, maka Umar bin Khatthab menganggap bahwa tugas utamanya adalah mensukseskan ekspedisi yang dirintis oleh pendahulunya. Belum sampai satu tahun menjadi khalifah, Umar bin Khatthab telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 635 M, Damaskus, Ibu kota Syuriah telah ia tundukkan.

Setahun kemudian seluruh wilayah Syuriah jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania. Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Syuriah di masa Khalifah Umar bin Khatthab tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya.

Khalifah Abu Bakar telah mengirim pasukan besar di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah ke front Syuriah. Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang dikirim untuk memimpin pasukan ke front Irak, untuk membantu pasukan di Syuriah. Dengan gerakan cepat, Khalid bersama pasukannya menyeberangi gurun pasir luas ke arah Syuriah. Ia bersama Abu Ubaidah mendesak pasukan Romawi. Dalam keadaan genting itu, wafatlah Abu Bakar as Shiddiq dan digantikan oleh Umar bin Khatthab. Khalifah Umar bin Khatthab mempunyai kebijaksanaan lain, Khalid yang dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar, diberhentikan oleh Umar bin Khattab dan diganti oleh Abu Ubaidah Ibn Jarrah. Hal ini tidak diberitahukan kepada pasukan hingga perang selesai, dengan tujuan supaya tidak merusak konsentrasi pasukan dalam menghadapi musuh. Damaskus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah dikepung selama tujuh hari. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah melanjutkan penaklukannya ke Hamah, Qinisrun, Laziqiyah dan Aleppo. Surahbil dan ‘Amru bin Ash bersama pasukannya meneruskan penaklukan Baysan dan Jerussalem di Palestina. Kota suci dan kiblat pertama bagi umat Islam itu dikepung oleh pasukan Muslim selama empat bulan. Akhirnya kota itu dapat ditaklukkan dengan syarat harus Khalifah Umar bin Khatthab sendiri yang menerima “kunci kota” itu dari Uskup Agung Sefronius, karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan Muslim yang akan menghancurkan gereja-gereja.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah...

@BelajarSejarahIslam
230 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-02-10 01:01:58 Kekhawatiran inilah yang juga membuat Umar bin Khatthab selalu menolak melaksanakan shalat di semua gereja lainnya, sehingga kaum Nasrani pada saat itu benar-benar yakin bahwa Umar bin Khatthab dan umat Islam pasti menepati semua opsi perjanjian damai yang mereka lakukan dengan kaum Nasrani. Kemudian Umar bin Khatthab melanjutkan perjalanannya dengan Sefronius menuju ke gereja tempat kelahiran Yesus di Bethlehem, lagi-lagi tiba waktu shalat ketika ia berada di gereja tersebut, Umar bin Khatthab pun langsung mengerjakan shalat di tempat tersebut, namun seusai shalat, kekhawatiran Umar bin Khatthab kembali muncul, ia lalu menambahkan point dalam perjanjian damai untuk tidak mengubah gereja kelahiran Yesus menjadi masjid hanya karena ia mengerjakan shalat di dalam gereja tersebut.

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Wakil, tindakan Umar bin Khatthab yang bersedia shalat di dalam gereja tempat kelahiran Yesus namun menolak melakukan shalat di gereja Makam Suci dan gereja Konstantin adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bagi umat Islam, seluruh muka bumi adalah masjid, selain itu untuk menghilangkan kesan yang mungkin muncul dalam hati Sefronius bahwa Umar bin Khatthab membenci gereja karena sesuatu yang tidak ia utarakan.

Penaklukan Elia terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 16 H. akan tetapi al Baladzuri berpendapat bahwa peristiwa penting itu terjadi pada tahun 17 H. sementara itu mayoritas ahli sejarah justru sering menempatkan peristiwa penaklukan Elia dalam rangkaian kejadian penting yang terjadi tahun 15 H. di al Quds khalifah Umar bin Khatthab tinggal selama 10 hari, Umar bin Khatthab menggunakan waku tersebut untuk menghapus kekuatan bersenjata atas wilayah al Quds seperti yang lazim dilakukan terhadap daerah yang telah melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Umar bin Khatthab juga membagi wilayah kekuasaannya untuk mempermudah jalannya pemerintahan, sekaligus menunjuk penguasa bagi tiap-tiap daerah tersebut. Setelah selesai melakukan semua itu, Umar bin Khatthab kembali ke Madinah.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah...

@BelajarSejarahIslam
533 views22:01
Ochish/sharhlash