Get Mystery Box with random crypto!

Namun, saat diserang dari tiga sisi, Khalid dari belakang, Amr | SEJARAH ISLAM

Namun, saat diserang dari tiga sisi, Khalid dari belakang, Amru bin Ash dari kiri dan Syurahbil dari arah depan, serta tanpa bantuan kavaleri, kekuatan Armenia pun akhirnya patah dan melarikan diri juga ke arah Barat Daya.

Arah barat daya merupakan satu-satunya arah yang tidak dijaga oleh Muslimin, sehingga pasukan Armenia  bergerak tanpa gangguan dan sama sekali tidak diburu oleh kavaleri Khalid. Mereka sama sekali tidak mengetahui sesuatu yang menanti mereka di bagian barat medan Yarmuk. Mundurnya pasukan Armenia semakin memudahkan pasukan Muslimin untuk menghancurkan formasi pasukan Bizantium yang tersisa. Mau tidak mau, pasukan sayap kanan dan pasukan tengah bagian kanan Bizantium pun ikut mundur ke arah barat.

Posisi matahari belum melewati tengah hari ketika pasukan Bizantium lari dengan rasa panik, sebagian yang lain mundur teratur dengan rapi.

Khalid bin Walid langsung menggerakkan kavaleri ke arah utara untuk mengepung dan mengisolasi pasukan infantri Bizantium yang lari ke arah barat dimana sungai dengan jurang terjal menanti. Mereka menuju Wadi ar-Raqad, satu-satunya daerah yang bisa dilewati walaupun berbentuk jurang.

Pimpinan pelarian pasukan Bizantium berupaya menyeberangi tepi sungai kering yang terjal. Barisan terdepan berhasil melewati sungai dengan susah payah dan sedang berjuang mendaki tepi sungai sebelah barat.

Saat mereka hampir mencapai puncak dengan rasa gembira, mereka melihat barisan Muslimin telah menanti di puncak dengan seorang pimpinan tanpa baju, sang jawara Dhirar, berdiri tegak dengan pedang terhunus.

Malam sebelum pertempuran di hari keenam, Khalid diam-diam menggerakkan 500 kavaleri pimpinan Dhirar menuju Wadi ar-Raqad untuk memblokir pasukan Bizantium yang kemungkinan lari ke arah tersebut. Sebuah rencana dan visi yang tajam dari seorang pemimpin. Terbukti, penempatan Dhirar membuahkan hasil, dimana pasukan Bizantium kehilangan jalan satu-satunya untuk melarikan diri.

Pasukan Romawi ditekan pasukan infantri Muslimin dari arah timur, dan kavaleri Khalid dari arah utara, sebagian pasukan Bizantium masuk ke dalam jurang, sebagian bertempur dan menjadi korban. Pada fase terakhir pertempuran menjelang senja, seluruh pasukan Bizantium bertempur hingga titik darah penghabisan. Pertempuran kembali berkecamuk keras tanpa ada manuver apapun selain pertempuran frontal. Ruang gerak Bizantium semakin sempit karena tekanan Muslimin. Akhirnya, satu per satu pasukan Bizantium tumbang meregang nyawa.

Mimpi buruk mulai menghantui pasukan Bizantium, sehingga mereka kembali terdesak menuju jurang. Aroma kematian berikutnya merebak di sekitar jurang dimana pasukan Bizantium satu per satu masuk ke jurang karena desakan pasukan Muslimin.

Akhirnya, ratusan ribu pasukan Superpower Bizantium menyerah pada puluhan ribu pasukan Muslimin yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Berakhirlah perang terbesar dan terhebat yang dipimpin sang Pedang Allah, Khalid bin Walid.

Pertempuran usai persis yang diperkirakan oleh sang kaisar, Heraklius, “Ia (Muhammad) akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini.”

Sehari setelah perang Yarmuk, Khalid menggerakkan mobile guard-nya mengejar sisa-sisa pasukan Bizantium. Mereka ditemukan di dekat Damaskus, Khalid pun menyerang pasukan Romawi yang melarikan diri, termasuk Mahan, Raja Armenia, Jendral tertinggi Bizantium, tewas dalam penyergapan Khalid. Sisa pasukannya terus melarikan diri ke arah utara dan pantai Mediterania di barat. Setelah melanjutkan perjanjian dengan Damaskus, Khalid lantas kembali ke Yarmuk.

Suriah jatuh ke tangan Muslimin, Heraklius dengan rasa sedih meninggalkan Antiokia menuju Konstantinopel, sebuah kota besar dunia yang satu milennium berikutnya pun berhasil ditaklukkan Muslimin.

Referensi: The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns, I. A. Akram, 1969, Pakistan

@BelajarSejarahIslam