Get Mystery Box with random crypto!

SEJARAH ISLAM

Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM S
Telegram kanalining logotibi belajarsejarahislam — SEJARAH ISLAM
Kanal manzili: @belajarsejarahislam
Toifalar: Din
Til: Oʻzbek tili
Obunachilar: 12.09K
Kanalning ta’rifi

Kumpulan kisah para Nabi, Sahabat, dan Orang-orang Shalih
Diambil dari berbagai sumber

Ratings & Reviews

3.00

2 reviews

Reviews can be left only by registered users. All reviews are moderated by admins.

5 stars

0

4 stars

0

3 stars

2

2 stars

0

1 stars

0


Oxirgi xabar 9

2023-01-22 01:27:57 Gubernur dengan Kendaraan Keledai di Zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu

Kehidupan para sahabat Nabi ﷺ banyak dipenuhi berbagai macam pribadi yang menawan yang menjadi suri teladan bagi generasi yang datang kemudian. Pangkal pribadi menawan karena semata-mata karena Isi keikhlasan dan ajaran Islam, bukan karena pencitraan dan ingin publikasi. Begitu pula para pemimpin-pemimpin Islam di era khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Mereka adalah orang-orang yang berjuang untuk meninggikan agama Allah dan kemuliaan Islam.

Salah satu diantaranya ialah Salman Al Farisi. Ia adalah salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang sangat sederhana dan salah seorang sahabat yang gagah berani lagi cerdas otaknya. Ia mampu menciptakan teori penggalian parit sekitar Madinah, tatkala pasukan musuh mau menggempurnya. Ia juga dikenal sebagai salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang memiliki akhlakul karimah, sehingga Rasulullah ﷺ memasukkannya ke dalam golongan keturunan Nabi (Ahlul Bait).

Di era Khalifah Umar, Salman ditugaskan sebagai gubernur wilayah Mada’in. Namun Salman menolak .

“Jabatan itu manis waktu memegangnya, tapi pahit waktu melepaskannya“. Tapi karena ini amanah, ia menerimanya sebagai pengabdian kepada Allah.

Umar mengangkatnya bukan tanpa alasan. Seperti diketahui, Salman adalah muallaf muda kelahiran negeri Persia. Ia dijuluki al Farisi sesuai tanah tumpah darahnya, Persia. Dialah pemuda Islam yang berjasa dengan ide penggalian parit panjang dalam melingkari kota Madinah saat Perang Khandaq.

Di zaman pemerintahan Umar, Salman mendaftarkan diri untuk ikut dalam ekspedisi militer ke Persia. Ia ingin membebaskan bangsanya dari genggaman kelaliman Kisra Imperium Persia yang mencekik rakyatnya dengan penindasan dan kekejaman.

Dipilihnya Salman al Farisi sebagai gubernur di negeri Madain di Kufah, karena Umar menginginkan seorang amir yang berasal dari suku dan daerah setempat.

Alkisah, berangkatlah Gubernur Salman ke Kuffah memulai tugas barunya menjadi pemimpin penduduk Mada’in. Mendengar gubernur baru akan datang, para penduduk Kuffah memadati jalan raya menyambut gegap gempita.

Mereka menyangka sang gubernur akan diiringi oleh rombongan besar pasukan. Hingga lelah rakyat menunggu, tiba-tiba datang seseorang dengan menunggang seekor keledai berjalan lambat-lambat.

Melihat ada orang asing yang datang, para penduduk pun bertanya. “Apakah di jalan kau melihat Salman al Farisi yang diutus oleh Khalifah Umar bin Khattab?”

“Akulah Salman al Farisi,” jawabnya singkat

“Jangan mengejek dan mencibir kami, seperti Bani Israil ketika berkata kepada Musa, ‘Apakah engkau mengejek kami?’ Musa menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil.” Kata penduduk Kuffah mengutip surah al Baqarah ayat 67.

“Aku berlindung kepada Allah sekiranya aku menjadi satu dari orang-orang yang jahil. Ini bukan waktunya lagi untuk bercanda,” kata Salman.

Penduduk Kuffah tentu tak percaya. Maklum, kala itu, penduduk Iraq hidup berdampingan dengan negara Persia yang memiliki istana megah yang dipenuhi emas, perak, sutra dan permadani yang indah. Karena itu, kala itu penduduk Kuffah mengira agama Islam adalah agama yang megah dan mewah. Tapi ternyata mereka salah.

“Kami datang secara bersahaja. Kami hidup untuk jiwa, dan kami datang untuk mengangkat derajat iman di dalam hati.”

Gaji Salman sebagai gubernur Kuffah dari Umar sekitar 6.000 Dinar dalam setahun (Kurs Dinar saat ini Rp. 1.800 ribu). Namun gajinya diberikan kepada fakir miskin. Ia membagi gajinya 3 bagian, sepertiga untuk dirinya, sepertiga untuk hadiah dan sepertiga sisanya untuk sedekah.

Satu hari misalnya, ketika ia melihat seorang Suriah (Syam) kerepotan membawa barang dagangannya, spontan Salman membantu mengangkat. Di tengah jalan, di antara anggota masyarakat ada yang mengenalnya dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum ya Amir“.

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah...

@BelajarSejarahIslam
1.2K views22:27
Ochish/sharhlash
2023-01-20 01:55:44 Reaction tiap postingan ya, sbg bentuk support
274 views22:55
Ochish/sharhlash
2023-01-20 01:01:01 “Ketiga, ada satu hari dalam satu bulan dimana dia tidak keluar sama sekali untuk menemui kami.”

“Dia terkadang pingsan ketika bersama kami.”

Mendengar aduan ini, Umar tidak bisa tinggal diam. Ia akhirnya menggelar pertemuan antara Said sebagai gubernur dan rakyatnya.

“Ya Allah, jangan Engkau kecewakan prasangka baikku selama ini kepadanya.”

Kata Umar membuka pertemuan, “Baiklah, apa yang kalian keluhkan?”

“Pertama, Said tidak keluar menemui kami kecuali setelah siang datang menjelang.”

“Demi Allah, kata Said, “Sesungguhnya aku tidak suka menjawabnya. Aku tidak mempunyai pembantu, maka aku harus mengadoni roti sendiri, kemudian aku tunggu sampai adonan itu mengam aku bangun dan kemudian aku, panggang hingga menjadi roti, kemudian aku wudhu dan baru keluar.’

“Kedua, tidak mau melayani yang datang kepadanya di malam hari.”
“Apa jawabmu, wahai Said?”

“Sesungguhnya aku tidak suka menjawabnya. Aku menjadikan siang hariku untuk mereka dan aku menjadikan malamku untuk Allah Azza Wajalla saja.”

“Kemudian apa lagi?”

“Ada satu hari tertentu dimana dia tidak keluar sama sekali dari rumahnya.”

“Apa komentarmu?”

“Aku tidak mempunyai pembantu yang mencucikan pakaianku. Sementara aku tidak memiliki pakaian yang lain. Maka aku mencucinya sendiri dan aku tunggu sampai kering, selanjutnya aku keluar kepada mereka saat sudah sore.”

“Selanjutnya apa lagi?”
“Said suka pingsan.”

“Aku menyaksikan meninggalnya Khubaib Al-Anshari di Makkah. Kematiannya sangat tragis di tangan orang-orang kafir Quraisy.

Mereka menyayat-nyayat dagingnya kemudian menyalibnya di pohon kurma. Orang Quraisy itu meledek, “Khubaib, apakah kamu rela jika Muhammad sekarang yang menggantikanmu untuk disiksa?”
Khubaib menjawab, “Demi Allah, kalau saya berada tenang dengan keluarga dan anakku, kemudian Muhammad tertusuk duri sungguh aku tidak rela.” Ketika itu aku masih dalam keadaan kafir dan menyaksikan Khubaib disiksa sedemikian rupa. Dan aku tidak bisa menolongnya. Setiap ingat itu: sangat khawatir bahwa Allah tidak mengampuniku untuk selamanya. Jika ingat itu, aku pingsan.”

Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan prasangka baikku kepadanya.”

Itulah sosok-sosok pejabat di era Islam di zaman kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab.

Hidayatullah.com

@BelajarSejarahIslam
302 views22:01
Ochish/sharhlash
2023-01-19 01:24:51 Reaction tiap postingan ya, sbg bentuk support
106 views22:24
Ochish/sharhlash
2023-01-19 01:24:27 Gubernur Miskin Yang Sering Pingsan di Zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu


Nama lain yang patut jadi teladan adalah Gubernur Said bin Amir al Juhami. Ia adalah gubernur di wilayah Homs di Syam (kini Suriah) di era Khalifah Umar bin Khatab. Kisah keteladanan Gubermnur Said diulang dalam Kitab Al Arabiyyah Lin Nasyi’in.

Di masa Rasulullah hidup, Said bin Amir adalah satu dari ribuan orang yang keluar ke daerah Tan’im di luar Mekah atas undangan para pemuka Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati atas Khubaib bin Adi, salah seorang sahabat Nabi Muhammad setelah mereka menangkapnya dengan cara licik.

Said adalah pemuda tangguh yang rela keluar dari komunitas rusak kaum Quraisy dan memilih bergabung dalam barisah Islam. Ia mengumumkan bahwa dirinya berlepas diri dari dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan orang Quraisy, menanggalkan berhala-berhala dan patung-patung menyatakan diri sebagai seorang Muslim dan membela Islam.

Said bin Amir al-Jumahi akhirnya berhijrah begitu tinggal bersama Rasulullah ﷺ, ikut bersama beliau dalam perang khaibar dan peperangan lain sesudahnya.

Kala itu Khalifah Umar bin Khattab berniat menggantikan gubernur Syam (kini Suriah) yang semula dipercayakan kepada Muawiyah.

“Aku ingin memberimu amanah menjadi gubernur,” kata Umar bin Khattab kepada Said bin Amir.

“Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin.

Kalian mengalungkan amanah ini di leherku kemudian kalian tinggal aku.”

“Kalau begitu, kita berikan untukmu gaji,” ujar Umar. Said menjawab, “Allah telah memberiku rizki yang cukup bahkan lebih dari yang kuinginkan.”

Begitulah kursi gubernur yang ditolak oleh Said dengan halus. Walau akhirnya dia harus menunjukkan ketaatannya kepada Khalifah dengan menaati keinginan Umar yang tetap bersiteguh untuk mengangkatnya sebagai gubernur Syam.

Akhirnya dari Madinah dia berangkat beserta istrinya menuju tempat tugasnya yang baru sebagai gubernur Syam.

Suatu saat Said terlilit kebutuhan yang memerlukan uang. Sementara tidak ada uang pribadinya yang bisa dia pakai. Sementara itu di Madinah Umar mendapatkan tamu utusan dari Syam.

Mereka datang untuk melaporkan beberapa kebutuhan dan urusan mereka sebagai rakyat yang hidup di bawah kekhilafahan Umar bin Khattab.

Umar berkata, “Tuliskan nama-nama orang miskin di tempat kalian.”

Dengan agak terkejut, Umar menemui sebuah nama Said.

“Apakah ini Said gubernur kalian?”

“Ya, itu Said gubernur kami.”

Umar kemudian mengambil sebuah kantong dari kain yang terikat ujungnya. “Berikan ini kepada gubernur kalian,” kata Umar sambil memberikan kantong itu kepada mereka.

Rombongan itu akhirnya kembali ke Syam. Setelah sampai, mereka menyampaikan amanah dari Umar itu kepada Said gubernur mereka.

Sore harinya Said pulang ke rumah. Dia membuka kantong tersebut tanpa sepengetahuan istrinya. Dan ternyata kantong tersebut berisi uang tidak sedikit, seribu dinar.

“Innalillahi wainna ilaihi rajiun,” katanya lirih. Ternyata istrinya mendengar perkataan tersebut. “Apakah amirul mukminin meninggal?” tanya istrinya. “Tidak, tetapi musibah yang lebih besar dari itu,” kata Said. “Maukah engkau membantuku?” sambung Said. “Tentu,” jawab istrinya. “Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku,” kata Said.

Esok paginya, Said memanggil orang kepercayaannya untuk membagikan uang itu kepada para janda, anak yatim dan orang miskin yang membutuhkan. Tanpa tersisa sedikit pun. Barulah istrinya memahami kata-kata Said, “Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku.”

Begitulah dan memang Said selalu berusaha untuk menjadikan dunia yang dimilikinya untuk membeli akhirat.

Suatu hari Umar Bin Khatab melakukan inspeksi mendadak di Homs.

“Wahai penduduk Homs, bagaimana kalian mendapati gubernur kalian?”

Jawaban mereka cukup mengejutkan, “Kami mengeluhkan empat hal. Pertama, dia selalu keluar kepada kami setelah siang datang.”

“Kedua, dia tidak melayani siapa pun yang datang malam hari.”

Kita lanjutkan kisahnya besok, insyaallah.

@BelajarSejarahIslam
108 views22:24
Ochish/sharhlash
2023-01-18 01:45:04 Reaction tiap postingan ya, sbg bentuk support
194 views22:45
Ochish/sharhlash
2023-01-18 01:44:33 Krisis Ekonomi di Zaman Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu

Saad Saefullah

Umat Islam ternyata sejak dari dulu memang sudah tidak asing dengan krisis ekonomi. Setidaknya, sejak zaman Rasulullah ﷺ, ada dua krisis ekonomi besar yang pernah dicatat oleh buku sejarah Islam.

Pertama,
ketika umat Islam diboikot oleh kaum Yahudi dalam masa awal penyebaran Islam.

Kedua,
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab. Apa penyebabnya dan bagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengentaskannya?

Krisis itu terjadi tepatnya pada tahun 18 hijriah. Peristiwa besar ini kemudian disebut “Krisis Tahun Ramadah”. Saat itu di daerah-daerah terjadi kekeringan yang mengakibatkan banyak orang dan binatang yang mati. Orang-orang pun banyak yang menggali lubang tikus untuk mengeluarkan apa yang ada di dalamnya—saking langkanya makanan.

Khalifah Umar yang berkulit putih, saat itu terlihat hitam. Ia pun berdoa: “Ya Allah, jangan Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad pada tanganku dan di dalam kepemimpinanku.”

Beliau juga berkata kepada rakyatnya: “Sesungguhnya bencana disebabkan banyaknya perzinaan, dan kemarau panjang disebabkan para hakim yang buruk dan para pemimpin yang zalim. Carilah ridha Tuhan kalian dan bertobatlah serta berbuatlah kebaikan”.

Tidak lama kemudian berbagai krisis tersebut segera diatasi. Saking sejahteranya, tiap bayi yang lahir pada tahun ke-1, mendapat insentif 100 dirham (1 dirham perak kini sekitar Rp90.000, tahun ke-2 medapatkan 200 dirham, dan seterusnya. Gaji guru pun per bulan mencapai 15 dinar (1 dinar emas kini sekitar Rp3 juta).

Pada tahun 20 hijriah, khalifah Umar juga mencetak mata uang dirham perak dengan ornamen Islami. Ia mencantuman kalimah thayibah, setelah sebelumnya umat Islam menggunakan dirham dari Persia yang di dalamnya terdapat gambar raja-raja Persia.

Adapun pencetakan dinar emas berornamen Islami diberlakukan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan pada tahun 75 hijrah.

Sumber: Al-Fiqh al-Iqtishadi li Amir al-Mukminin Umar Ibn Khathab

@BelajarSejarahIslam
206 views22:44
Ochish/sharhlash
2023-01-17 01:35:55 Reaction setiap postingan ya, bentuk support admin
263 views22:35
Ochish/sharhlash
2023-01-17 01:00:28 Gubernur Amru bin ‘Ash yang menerima tulang tersebut, langsung tubuhnya menggigil kedinginan serta wajahnya pucat pasi. Saat itu juga Gubernur Amru bin ‘Ash mengumpulkan rakyatnya untuk membongkar kembali masjid yang sedang dibangun dan membangun kembali gubuk yang reyot milik orang Yahudi itu.

“Bongkar masjid itu!”, teriak Gubernur Amru bin Ash gemetar.

Orang Yahudi itu merasa heran dan tidak mengerti tingkah laku Gubernur. “Tunggu!” teriak orang Yahudi itu.

"Maaf Tuan, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu, sehingga Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!”, kata orang Yahudi itu lagi.

Gubernur Amru bin Ash memegang pundak orang Yahudi itu sambil berkata: “Wahai kakek, tulang ini hanyalah tulang biasa dan baunya pun busuk.”

“Mengapa ini bisa terjadi. Aku hanya mencari keadilan di Madinah dan hanya mendapat sebongkah tulang yang busuk. Mengapa dari benda busuk tersebut itu gubernur menjadi ketakutan?” kata orang Yahudi itu.

“Tulang ini merupakan peringatan keras terhadap diriku dan tulang ini merupakan ancaman dari Khalifah Umar bin Khattab. Artinya, “Apa pun pangkat dan kekuasaanmu suatu saat kamu akan bernasib sama seperti tulang ini, karena itu bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus. Adil di atas dan adil di bawah. Sebab kalau kamu tidak bertindak adil dan lurus seperti goresan tulang ini, maka Khalifah tidak segan-segan untuk memenggal kepala saya”, jelas Gubernur Amr bin ‘Ash.

Orang Yahudi itu tunduk terharu dan terkesan dengan keadilan dalam Islam.

“Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh aku rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Bimbinglah aku dalam memahami ajaran Islam!”.

Yahudi itu mengucapkan syahadat dan ia mengikhlaskan gubuknya sebagai area masjid. Itulah Khalifah Umar, seorang Yahudi masuk Islam berkat keadilan dari Umar.

“Bagaimana seorang pemimpin memahami nasib rakyatnya jika pemimpin itu belum merasakannya sendiri.” [Umar bin Khattab]

@BelajarSejarahIslam
260 views22:00
Ochish/sharhlash
2023-01-16 01:34:54 Reaction setiap postingan ya, bentuk support admin
90 views22:34
Ochish/sharhlash