Get Mystery Box with random crypto!

Inilah riwayat Abu Rafi’ yang menceritakan keadaan Abbas dan m | SEJARAH ISLAM

Inilah riwayat Abu Rafi’ yang menceritakan keadaan Abbas dan masuk Islamnya sebelum Perang Badar.

Bila demikian, waktu itu Abbas telah menganut Islam. Keberadaan Abbas di Mekah pasca hijrah Nabi dan sahabat-sahabatnya merupakan suatu langkah perjuangan yang sudah direncanakan dengan matang hingga membuahkan hasil yang sebaik-baiknya. Orang-orang Quraisy tidak menyembunyikan keraguan mereka tentang hati kecil Abbas. Hanya saja, mereka tidak mempunyai alasan untuk memusuhinya, apalagi secara lahir tingkah laku dan agamanya tidaklah bertentangan dengan kemauan mereka.

Nah, ketika waktu Perang Badar telah tiba, terbuka bagi orang-orang Quraisy untuk menguji rahasia hati dan pendirian Abbas yang sesungguhnya. Namun, Abbas lebih cerdik dan tidak lengah terhadap gerak-gerik dan tipu muslihat busuk yang direncanakan Quraisy dalam melampiaskan kejengkelannya dalam mengatur makar jahat mereka.

Sekalipun Abbas telah berhasil menyampaikan keadaan dan gerak-gerik orang-orang Quraisy kepada Nabi di Madinah, orang Quraisy pun berhasil memaksanya untuk bergabung dalam pertempuran yang tidak disukai dan dikehendakinya. Namun, keberhasilan Quraisy itu adalah keberhasilan sementara, karena ternyata berbalik membawa kehancuran dan kerugian mereka.

Kedua golongan itu bertemu di medan Perang Badar. Pedang-pedang pun beradu dalam kecamuk perang yang menakutkan, yang akan menentukan hidup mati dan kesudahan kedua belah pihak.

Rasulullah ﷺ berseru di tengah-tengah para sahabatnya,

“Beberapa orang dari Bani Hasyim dan yang bukan dari Bani Hasyim keluar karena dipaksa pergi berperang, padahalnya mereka sebenarnya tidak ingin memerangi kita. Karena itu, siapa di antara kalian yang menemukannya, janganlah ia membunuhnya.

Siapa yang bertemu dengan Abu Al-Bakhtari bin Hisyam bin Al-Harits bin Asad, janganlah ia membunuhnya.

Siapa yang bertemu dengan Abbas bin Abdul Muthalib, janganlah ia membunuhnya karena ia dipaksa untuk ikut berperang.”


Dengan perintah tersebut, tidak berarti Rasulullah ﷺ hendak memberikan keistimewaan kepada pamannya, Abbas, karena tidak pada tempatnya dan bukan pula pada waktunya memberikan keistimewaan itu.

Beliau tentu tidak akan rela melihat para sahabatnya berjatuhan dalam pertempuran menegakkan kebenaran, dan di sisi lain beliau membela pamannya dengan memberinya hak-hak istimewa saat pertempuran sedang berlangsung, seandainya beliau tahu bahwa pamannya itu orang musyrik.

Itu benar, Rasulullah ﷺ dilarang oleh Allah untuk memintakan ampun bagi pamannya Abu Thalib, padahal banyak sekali jasa dan pengorbanan yang diberikan oleh Abu Thalib terhadap Nabi Muhammad dan Islam. Tentu saja tidak logis dan masuk akal jika beliau mengatakan kepada orang-orang yang bertempur di Perang Badar dan sanak saudara mereka dari golongan musyrik,

“Hindarilah oleh kalian dan janganlah membunuh pamanku.”


Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah
Hal. 475-488 CV Diponegoro
Khalid muhammad Khalid.

@BelajarSejarahIslam