Get Mystery Box with random crypto!

Rasulullah semakin menampakkan senyuman dari wajah beliau yang | SEJARAH ISLAM

Rasulullah semakin menampakkan senyuman dari wajah beliau yang memperlihatkan keyakinan terhadap janji Rabbnya, lalu bersabda kepadanya,
“Sesungguhnya Allah telah cukup sebagai pelindung dan jauh lebih baik, wahai Ummu Sulaim.”

Ketika Rasulullah sedang dalam kondisi seperti itu, Abbas berada di dekatnya bahkan antara kedua tumitnya memegang kekang keledainya, menghadang maut dan bahaya. Nabi menyuruh agar memanggil kaum Muslimin yang lain, karena Abbas mempunyai suara yang lantang, maka ia pin berteriak, “Wahai kaum Anshar… wahai orang-orang yang telah berbaiat.”

Teriakan Abbas seolah-olah pemanggil dan pengingat takdir. Ketika teriakan itu mengetuk telinga mereka yang ketakutan karena serangan mendadak ini dan kacau balau di dalam lembah itu, langsung menjawab serentak, “Kami segera datang, ini kami datang.” Mereka berbalik ke kesatuan bagai angin topan, bahkan ada sebagian orang yang karena unta atau kudanya membandel, mereka melompat dan berlari sambil membawa baju besi, pedang, dan panahnya menuju arah suara Abbas.

Pertempuran berlangsung kembali dengan dahsyat dan kejamnya. Rasulullah berseru, “Sekarang peperangan memuncak panas.” Benar, perang menjadi panas. Korban di pihak Hawazin dan Tsaqif berjatuhan menggelinding. Pasukan berkuda Allah telah mengalahkan pasukan berkuda Latta. Allah menurunkan ketenangan kepada Rasulullah dan orang-orang beriman.

Rasulullah sangat mencintai Abbas, bahkan beliau tidak dapat tidur sewaktu berakhirnya Perang Badar, karena pamannya pada waktu itu tidur bersama tawanan yang lain. Nabi tidak menyembunyikan rasa sedihnya, ketika ada yang menanyakan mengapa beliau bersedih. Beliau tidak dapat tidur padahal Allah telah memberikan pertolongan yang sangat agung, beliau menjawab, “Aku seperti mendengar rintihan Abbas dalam belenggunya.”

Salah seorang di antara kaum Muslimin yang mendengar kata-kata Rasulullah tersebut bergegas pergi ke tempat para tawanan dan melepaskan belenggu Abbas. Orang ini kembali dan mengabarkan kepada Rasulullah dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, saya telah melonggarkan sedikit ikatan belenggu Abbas.” Namun, mengapa hanya Abbas saja? Ketika itu Rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya itu,

“Kembalilah ke sana dan lakukanlah itu terhadap semua tawanan.”

Benar, kecintaan Nabi terhadap pamannya tidak dimaksudkan untuk membedakannya dari orang lain yang mengalami keadaan yang sama. Ketika musyawarah mencapai mufakat untuk membebaskan tawanan dengan jalan menerima tebusan, Rasulullah berkata kepada pamannya,

“Wahai Abbas, tebuslah dirimu, dan anak saudaramu Aqil bin Abu Thalib, Naufal bin Al-Harits, dan teman karibmu Utbah bin Amr, saudara Bani Harits bin Fihir, sebab engkau banyak harta.”

Abbas menginginkan bebas tanpa membayar uang tebusan, dan berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sebenarnya aku telah masuk Islam, hanya saja orang-orang itu memaksaku (ikut berperang).”

Tetapi, Rasulullah terus mendesaknya agar membayar tebusan. Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah menurunkan ayat Al-Qur’an Al-Karim:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِمَنْ فِي أَيْدِيكُمْ مِنَ الْأَسْرَىٰ إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 
(QS. Al-Anfaal: 70)

Akhirnya, Abbas memberikan tebusan untuk membebaskan dirinya dan orang-orang bersamanya, lalu pulang ke Mekah.

Setelah itu, pendirian dan keimanan Abbas tidak dapat disembunyikan lagi dari orang Quraisy. Tak lama setelah itu, ia mengumpulkan hartanya dan barang-barangnya, lalu pergi menyusul Rasulullah ke Khaibar, untuk ikut mengambil bagian dalam rombongan angkatan Islam dan kafilah orang-orang beriman. Ia sangat dicintai dan dimuliakan oleh kaum Muslimin. Apalagi ketika melihat Rasulullah sendiri memuliakan serta mencintainya,