Get Mystery Box with random crypto!

Majmu'ah BIKUM *KESEHATAN GIGI DAN MULUT WANI | Channel BIKUM

Majmu'ah BIKUM

*KESEHATAN GIGI DAN MULUT WANITA PADA FASE MENOPAUSE*
( BAGIAN KE-2 )


PENGARUH MENOPAUSE TERHADAP RONGGA MULUT
Beberapa studi mengusulkan adanya pengaruh menopause terhadap kesehatan gigi dan mulut dimana menopause mempengaruhi jaringan rongga mulut dengan cara yang sama seperti mempengaruhi sistem lainnya. Secara histologi, respon mukosa mulut terhadap estrogen menyerupai mukosa vagina karena reseptor hormon seks juga dapat terdeteksi dalam mukosa mulut dan kelenjar saliva. Kemudian, adanya hipoestrogenisme dimana berkurangnya produksi hormon estrogen juga turut berkontribusi terhadap perubahan mukosa mulut, baik secara langsung ataupun melalui mekanisme saraf pada fase menopause. Adapun gangguan kesehatan gigi dan mulut yang mungkin terjadi pada fase menopause adalah xerostomia, _burning mouth syndrome_ (BMS), peningkatan insiden karies gigi, gangguan indra perasa, gingivitis atrofi, periodontitis, dan osteoporosis rahang.¹

PERUBAHAN LAJU ALIRAN SALIVA
Kelenjar saliva mengandung reseptor hormon seks dimana laju aliran saliva tergantung pada status estrogen individu. Wanita menopause memiliki laju aliran saliva yang lebih rendah dibandingkan wanita yang masih mengalami menstruasi.¹ Minicucci EM, et al. melakukan penelitian untuk mengevaluasi laju aliran saliva pada wanita _menarche_ (fase menstruasi pertama) dan wanita menopause. Penelitian ini melibatkan sebanyak 60 wanita yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 peserta pada kelompok uji (wanita menopause) dan 30 peserta pada kelompok kontrol (wanita menarche). Setiap peserta diminta untuk memberikan tiga sampel saliva, yaitu saliva nonstimulasi (S1), saliva yang dirangsang dengan dua tetes asam sitrat 2,5% (S2), dan saliva yang distimulasi dengan dua tetes asam sitrat 2,5% setiap 30 detik selama dua menit (S3). Penilaian objektif dan subjektif fungsi saliva dianalisis dengan kuesioner _Xerostomia Inventory_ dan _Visual Analog Scale_ pada wanita menopause dan menarche. Selain itu, aliran saliva dievaluasi dengan uji stimulasi absorpsi kimia. Hasilnya menunjukkan bahwa aliran saliva pada kelompok menopause lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol pada S2 dan S3. Hal ini terjadi karena adanya gangguan fungsi kelenjar saliva yang mungkin disebabkan oleh fisiologis terkait usia dan penurunan kadar hormon estrogen, seperti yang ditunjukkan oleh deteksi reseptor hormon seks di mukosa mulut dan kelenjar saliva. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa pada kelompok menopause, aliran saliva menunjukkan pengurangan, yang tentu saja dapat menyebabkan *xerostomia* dan meningkatnya karies gigi.⁴

_BURNING MOUTH SYNDROME_ (BMS)
_Burning mouth syndrome_ digambarkan sebagai sensasi terbakar disertai perubahan rasa yang mempengaruhi berbagai area di rongga mulut, tetapi tanpa gejala klinis yang terlihat. Gao J, et al. melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi faktor risiko terjadinya burning mouth syndrome. Penelitian ini melibatkan sebanyak 162 peserta yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 87 pasien dengan BMS dan 87 pasien tanpa BMS. Seluruh peserta diminta untuk mengisi kuesioner, termasuk pertanyaan tentang kondisi gigi dan mulut, kehidupan pribadi, serta menopause. Selain itu, analisis darah dan uji serum hormon seks dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 87 pasien dengan BMS, sebanyak 47 (54%) peserta ternyata berada dalam fase menopause atau pascamenopause. Di antara wanita menopause dengan BMS, kadar follicle stimulating hormone (FSH) secara signifikan lebih tinggi, tetapi kadar estradiol secara signifikan lebih rendah dibandingkan pasien tanpa BMS. Peningkatan insiden ketidaknyamanan mulut di antara wanita menopause kemungkinan terjadi karena adanya modifikasi hormon.⁵