Get Mystery Box with random crypto!

Majmu'ah BIKUM *POLUSI UDARA DAN PENGARUHNY | Channel BIKUM

Majmu'ah BIKUM


*POLUSI UDARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT*




Masalah polusi udara saat ini sedang ramai diperbincangkan. Polusi udara di Indonesia, terutama Jakarta dianggap sebagai yang paling buruk di dunia, dengan konsentrasi particulate matter 2.5 (PM2.5) sebesar 44.5 µg/m³ (mikrogram/m3). Angka ini 8,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).¹
PM2.5 sendiri merupakan polutan pencemar udara yang paling kecil1 sehingga mudah diserap oleh tubuh, dan terdiri dari komponen seperti logam berat, serta senyawa seperti hidrokarbon aromatik polisiklik yang dikenal sebagai agen penyebab kanker.2 Rongga mulut adalah salah satu rute dimana PM2.5 mendapatkan akses untuk masuk ke dalam paru-paru dan alveoli.3 Lalu, bagaimana efek polusi udara itu terhadap kesehatan rongga mulut? Simak ulasannya berikut ini!

EFEK POLUSI UDARA PADA KESEHATAN RONGGA MULUT
Para peneliti di Taiwan menemukan hubungan antara tingkat polusi udara dan kanker mulut.

Chu YH, et al. melakukan penelitian untuk menyelidiki hubungan antara partikel halus 2.5 (PM2.5) dan kanker mulut di antara populasi pria di Taiwan. Penelitian ini menggunakan tingkat rata-rata polutan udara (sulfur dioksida, karbon monoksida, ozon, nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dan berbagai ukuran partikel halus) yang diukur pada tahun 2009 di 66 stasiun pemantauan kualitas udara di seluruh Taiwan. Kemudian, pada tahun 2012 hingga 2013, penelitian ini memeriksa catatan kesehatan dari 482.659 populasi pria berusia 40 tahun ke atas yang datang ke layanan kesehatan. Diagnosis kanker mulut kemudian dikaitkan dengan kondisi polutan udara di area lokal pada tahun 2009.²,³

Hasilnya menemukan bahwa peningkatan PM2.5 dapat dikaitakn dengan peningkatan risiko kanker mulut. Jika dibandingkan antara area dengan tingkat PM2.5 di bawah 26,74 µg/m3, maka peserta yang berada di area dengan tingkat PM2.5 di atas 40,37 µg/m3 mengalami peningkatan risiko kanker mulut sebesar 43%. Hal ini juga diamati pada tingkat ozon di bawah 28,69 hingga 30,97 bagian per miliar yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker mulut.²,³

Sayangnya, penelitian ini bersifat observasional, sehingga bagaimana polutan udara dapat berkontribusi terhadap kanker mulut belum dapat dijelaskan dan masih perlu diselidiki, juga perlunya data lebih mendalam mengenai seberapa banyak PM2.5 yang dapat masuk ke dalam rongga mulut.²,³

Selain itu, mengutip wawancara dari laman The Health Site dengan seorang pakar gigi bernama Dr. Gunita Singh menyebutkan bahwa pencemaran lingkungan yang meliputi pencemaran udara, tanah, dan air memiliki dampak buruk pada kesehatan gigi. Dr. Singh menyebutkan telah melihat peningkatan kasus adanya stain atau noda pada grove enamel gigi, terutama di kalangan pasien dewasa muda. Lebih lanjut, Dr. Singh juga menambahkan bahwa xerostomia yang berat juga dapat terjadi sebagai efek samping dari paparan partikel berbahaya seperti bahan kimia, logam, tanah atau debu yang terkandung di udara. Hal ini akan mempengaruhi penurunan produksi saliva sehingga mengakibatkan mulut kering. Kemudian, Dr. Singh juga menyebutkan bahwa paparan polusi selama kehamilan dapat mempengaruhi kemungkinan anak lahir dengan cleft lip atau cleft palate.⁴

Sebagai penutup, studi membuktikan bahwa konsentrasi PM2.5 yang lebih tinggi dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker mulut. Mekanisme terjadinya kondisi ini belum dipahami dengan jelas, oleh karena itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut.³ Namun, faktor-faktor lain yang meliputi usia, kebiasaan gaya hidup seperti merokok atau mengunyah sirih juga patut untuk dipertimbangkan.⁴

Referensi:
Putri DL. Daftar kota di Indonesia dengan kualitas udara terburuk [Internet]. Availabe at: https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/17/170000265/daftar-kota-di-indonesia-dengan-kualitas-udara-terburuk-?page=all.